Sibasaon 30 Juli 2017, Roma 8 : 26 – 30

‘MENJADI ANAK-ANAK TUHAN YANG SETIA’

1. Gereja yang hadir di dunia ini selalu diperhadapkan kepada situasi dunia sekular, pluralitas budaya dan agama. Di sinilah mereka hadir sebagai garam dan terang. Gereja tidak boleh larut oleh ajaran dunia melainkan sebaliknya hadir mempengaruhi dunia, membawa terang yang dari Kristus kepada dunia ini.

2. Ciri ajaran dunia adalah yang mengutamakan hawa nafsu sedangkan cirri hidup orang percaya  mengutamakan kebenaran oleh pimpinan Roh Kudus. Dunia mengukur kebenaran dari apa yang dapat membawa kenikmatan daging oleh hawa nafsu, tapi orang percaya mengukur kebenaran yang seturut dengan kebenaran firman Tuhan. Bagi orang percaya jauh lebih baik walau pun harus menderita tetapi hidup di dalam Tuhan dari pada hidup dalam kenikmatan dunia tapi tidak di dalam Tuhan. Inilah perbedaan orang percaya dengan orang-orang dunia.

 3. Oleh kuasa Roh Kudus umat Tuhan percaya bahwa Allah senantiasa menjaga dan mendengarkan seruan dan doa mereka sehingga mampu bertahan melawan segala godaan dunia ini (ay.26-27). Roh Kudus juga berperan untuk membantu dan berdoa untuk orang-orang kudus. Ini mau mengatakan bahwa dalam kelemahan umat Tuhan sebagai manusia sementara di sisi lain dunia ini selalu berusaha menolak bahkan mencerca mereka, namun mereka sudah percaya bahwa kuasa Tuhan senantiasa hadir menolong sehingga mampu bertahan dan menang melawan kuasa-kuasa dunia ini. Keterbukaan membuka diri dalam pimpinan Roh Kudus menjadi kata kunci agar mampu mengalahkan nafsu daging dan menang melawan tuduhan jahat oleh dunia ini. Roh Kudus juga memberi keteguhan hati bahwa Tuhan senantiasa membela umat-Nya. Tujuannya agar umat Tuhan tidak takut dan gentar terhadap ancaman dunia. Oleh pertolongan Roh Kudus umat Tuhan senantiasa berani menyaksikan imannya di tengah-tengah kegelapan dunia ini.

4. Roh Kudus juga mengajar orang percaya agar dapat mengetahui kehendak Tuhan sehingga mampu membedakan yang baik dan yang jahat. Mereka sudah memiliki jalur hidup yang jelas yang seturut dengan kehendak Tuhan. Mereka tidak pernah ragu untuk menentukan langkah atau keputusan hidup dalam semua situasi. Yang mengarahkan hidup mereka bukan lagi kemauan daging dan fikiran manusia tapi sudah kemauan Tuhan. Semuanya itu mereka lakukan dengan penuh suka cita dan kesungguhan. Kenapa? Karena mereka sudah percaya bahwa hidup mereka tidak lagi kesia-siaan melainkan bagi mereka sudah tersedia upah yang sudah Tuhan siapkan yaitu kebenaran dan kemuliaan (ay.28-30). Inilah yang menjadikan umat Tuhan mampu bersyukur bahkan bersuka cita berjalan di jalan Tuhan walau pun harus menghadapi berbagai ancaman dari dunia ini.

5. Semuanya ini menjadikan pribadi orang percaya selalu tampil sebagai gambar Tuhan di dunia ini’ (ay.29). Kehadiran mereka senantiasa memancarkan kemuliaan Tuhan. Kehidupan mereka menjadi kesaksian bagi dunia sehingga dunia ini juga boleh melihat dan menerima keselamatan yang dari Tuhan. Hidup mereka selalu memancarkan identitas sebagai anak-anak Tuhan dan identitas itu tidak dapat dikaburkan oleh kegelapan dunia ini. Tujuan hidup mereka tidak lagi sekedar menikmati berkat-berkat yang bersifat jasmaniah saja melainkan lebih dari itu agar hidup mereka boleh semakin memuliakan nama Tuhan. Mereka menyadari bahwa pembangunan karakter jauh lebih utama dan menjadi prioritas dibanding dengan berkat-berkat lain. Oleh sebab itu mereka senantiasa terbuka dibaharui oleh Roh Kudus sehingga tabiat lama semakin tersingkir dan sebaliknya tabiat Tuhan semakin berotoritas dalam hidup mereka. Mereka sadar bahwa hal-hal yang jasmani hanya bersifat sementara sementara hidup rohani membawa kepada kehidupan yang kekal.

6. Refleksi / Renungan

a. Kekristenan bukanlah sekedar perobahan nama melainkan harus dibarengi oleh perobahan sikap. Nama atau label yang tidak sesuai dengan isi tentulah suatu kepalsuan. Kekristenan tanpa memiliki sikap hidup yang didasari oleh firman Tuhan adalah suatu kebohongan. Bagi Tuhan perobahan sikap dan tabiat jauh lebih utama jika dibanding dengan berkat-berkat lainnya.

b. Kita sungguh bersyukur karena di dalam ketidak-berdayaan kita untuk menunjukkan sikap kristiani, Tuhan memperlengkapi kita oleh kuasa Roh-Nya. Kwalitas kekristenan kita sangat ditentukan oleh sebesar apa kita bersedia memberi tempat bagi Roh Kudus berotoritas dalam hati dan hidup kita.

c. Perlu waspada agar pertimbangan baik jangan dikalahkan oleh hawa nafsu dan kenikmatan dunia. Dunia ini selalu menawarkan kenikmatan daging tapi tujuannya sudah pasti untuk menghancurkan karakter iman kita sebagai anak-anak Tuhan. Mari kita amini bahwa hidup di dalam Tuhan dengan segala konsekwensinya itu jauh lebih baik dibanding dengan segala kenikmatan dunia tapi hidup di luar Tuhan. Pemahaman ini menjadikan kita senantiasa mampu bersuka cita bukan lagi oleh karena perkara-perkara dunia melainkan karena kita memiliki kekuatan dan pencerahan hati yang dari Roh Kudus dalam semua keadaan dan situasi hidup ini.

Haleluya 332 : 1 – 3