Sibasaon 19 Oktober 2025, Lukas 18:1–8 - Aku Telah Melihat Allah

 

PENDAHULUAN – “WAJAH ALLAH DI BALIK DOA YANG TAK MENYERAH”

Ice Breaker: Pernahkah Saudara menelpon layanan pelanggan, menunggu lama, hampir menyerah—tiba-tiba panggilan diangkat dan masalah selesai? Hidup rohani pun sering terasa begitu. Apakah kita tetap mengetuk saat pintu seolah tak terbuka? Pertanyaan retoris untuk kita: Apakah doa kita masih menyala saat jawaban tampak tertunda?

Yesus memberi perumpamaan tentang janda yang terus-menerus memohon keadilan kepada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapa pun. Melalui kisah ini, kita bukan hanya belajar tentang doa, tetapi melihat wajah Allah—Allah yang berbeda total dari hakim lalim: Ia adil, peduli, dan cepat menolong umat-Nya.

Latar Belakang Teks

Perumpamaan ini hadir setelah pengajaran Yesus tentang kedatangan Anak Manusia (Luk 17). Di tengah penantian panjang, murid-murid bisa menjadi letih. Karena itu Yesus menekankan: “selalu berdoa dan tidak jemu-jemu”. Kata Yunani untuk “tidak jemu-jemu” adalah μὴ ἐγκακεῖν (mē enkakein)—tidak menyerah, tidak patah semangat.

Kata “berdoa” adalah προσεύχεσθαι (proseúchesthai)—datang mendekat, menghadap. Dan keluhan janda untuk “membenarkan/ membalaskan” adalah ἐκδικέω (ekdikeō)—menegakkan keadilan. Hakim berkata janda itu “menyusahkan” dia, kata yang dipakai: ὑπωπιάζῃ (hypōpiázē)—secara harfiah “memberi mata lebam”, gambaran desakan yang tak kenal lelah.


1) TETAPLAH BERDOA, JANGAN MENYERAH (ay. 1–3)

“Mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”

Penjelasan Ayat: Yesus memulai dengan tujuan: doa yang konstan (proseúchesthai) dan hati yang tidak menyerah (mē enkakein). Doa yang tekun bukan memaksa Allah, tetapi memelihara iman di tengah proses Allah bekerja.

Pesan Teologis: Allah mengundang umat-Nya untuk hadir terus-menerus di hadirat-Nya; doa tekun membentuk kita, mengarahkan kehendak kita pada kehendak-Nya.

Aplikasi Praktis:
PNS/karyawan: Di tengah target dan birokrasi, rawat ritme doa harian; minta hikmat dan integritas.
Pedagang: Jangan hanya mengejar omzet; jadwalkan doa sebelum buka-tutup toko, serahkan transaksi pada Tuhan.
Pemuda: Ganti “scroll 10 menit” menjadi “doa 3 menit” tiap jam belajar—kecil namun konsisten.
Orang tua: Tetapkan jam doa keluarga; doa sederhana tapi rutin menyalakan iman anak.

Ilustrasi: Seperti tetesan air yang melubangi batu, konsistensi mengalahkan kekerasan. Doa tekun melunakkan hari paling keras.

Transisi: Ketekunan doa bukan buta; ia lahir dari pengenalan pada siapa Allah itu. Maka kita melangkah dari kebiasaan ke karakter Allah.


2) MELIHAT ALLAH YANG ADIL DAN PEDULI (ay. 4–7)

“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya, dan adakah Ia mengulur-ulurkan waktu sebelum menolong mereka?”

Penjelasan Ayat: Hakim itu “tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapa pun”, tetapi akhirnya mengabulkan karena desakan janda—kontras ini menunjukkan: jika yang lalim saja dapat ‘mengabulkan’, terlebih Allah yang adil akan memperhatikan seruan umat-Nya.

Pesan Teologis: Perumpamaan ini bukan menggambarkan Allah sebagai hakim keras; justru kontra perumpamaan: Allah jauh lebih adil, pengasih, dan peduli. Kita melihat wajah-Nya: Bapa yang mendengar.

Aplikasi Praktis:
PNS/karyawan: Saat ketidakadilan terjadi, tempuh jalur etis dan doa; Allah membela yang benar pada waktunya.
Pedagang: Ketika ditipu atau dirugikan, serahkan pada Tuhan sambil menempuh jalur hukum yang sah; jangan balas curang dengan curang.
Pemuda: Bullying/tekanan sosial? Cari mentor, laporkan dengan bijak, dan bawa dalam doa—Allah melihat air matamu.
Orang tua: Doakan anak yang jauh; Allah bekerja bahkan saat kita tak melihat.

Ilustrasi: Sinyal ponsel mungkin hilang di terowongan, tetapi pusat jaringan tetap aktif. Saat “sinyal rasa” lemah, “jaringan kasih karunia” tetap bekerja.

Transisi: Jika Allah demikian, mengapa terasa lambat? Jawabannya ada pada waktu Allah dan kualitas iman kita.


3) WAKTU ALLAH: CEPAT MENOLONG, MEMURNIKAN IMAN (ay. 7–8)

“Aku berkata kepadamu: Ia akan segera (ἐν τάχει, en tachei) membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Penjelasan Ayat:En tachei” menunjuk pada kepastian dan ketepatan waktu Allah, bukan selalu segera menurut jam kita. Penundaan yang kita rasa seringkali adalah pemurnian iman: Allah memadukan keadilan dan pembentukan karakter.

Pesan Teologis: Allah menolong tepat waktu dan menumbuhkan iman yang bertahan sampai kedatangan Kristus. Doa tekun adalah bukti iman yang tetap menyala.

Aplikasi Praktis:
PNS/karyawan: Tunggu promosi dengan setia; kerja excellent adalah doa yang terlihat.
Pedagang: Ketika musim sepi, gunakan untuk evaluasi, jujur, dan kreatif—percaya waktu Tuhan terbaik.
Pemuda: Menanti jawaban studi/karier: tetap setia pada disiplin belajar dan doa.
Orang tua: Dalam sakit/masa pemulihan, jadikan tiap napas sebagai doa pendek: “Tuhan, kasihanilah.”

Ilustrasi: Seperti petani yang menunggu hujan awal dan hujan akhir—ia tidak bisa memaksa awan, tetapi bisa mengolah tanah. Doa mengolah hati sementara Allah mengirimkan hujan pada saatnya.


Ayat Paralel (Pendukung)

  • 1 Tesalonika 5:17: “Tetaplah berdoa.” – Ritme doa tanpa putus.
  • Lukas 11:9–13: “Mintalah… carilah… ketoklah…” – Bapa memberi Roh Kudus dan yang baik bagi anak-anak-Nya.
  • Yesaya 62:6–7: “Janganlah kamu berdiam diri… jangan biarkan Dia tinggal diam.” – Seruan syafaat yang tak henti.
  • Mazmur 34:18–19: “Tuhan dekat kepada orang yang patah hati.” – Kepedulian Allah pada yang tertindas.
  • Wahyu 6:10–11: “Berapa lama lagi, ya Tuhan?” – Keadilan Allah pasti ditegakkan dalam rencana-Nya.

PENUTUP – “AKU TELAH MELIHAT ALLAH”

Melalui perumpamaan janda tekun, kita melihat wajah Allah: bukan hakim lalim, melainkan Bapa yang adil, peduli, dan setia pada janji-Nya. Maka kita berkata: “Aku telah melihat Allah”—di ruang doa, di lorong-lorong penantian, di air mata yang tidak sia-sia.

Seruan/Respons Jemaat:
• Mari bangkit membangun mezbah doa pribadi dan keluarga (jadwal doa harian).
• Bawa satu perkara ketidakadilan yang Saudara alami—serahkan dengan iman, tempuh jalan benar, dan percayakan hasil pada Tuhan.
• Ucapkan bersama: “Tuhan, peliharalah imanku sampai Engkau datang.”

Doa adalah lampu di malam panjang,
Iman adalah minyaknya, harap adalah sumbunya.
Saat jawaban tampak jauh,
Wajah Allah terpantul di air mata yang setia.

? Pantun Penutup:
Pagi bertiupan angin selatan,
Ombak berlari memeluk karang.
Dalam doa kulihat Wajah-Mu, ya Tuhan,
Jawab-Mu datang tepat dan terang.

Read 14 times

Leave a comment

Make sure you enter all the required information, indicated by an asterisk (*). HTML code is not allowed.

Go to top