KATAKANLAH YANG SEJUJURNYA (Ambilan 02 Juli 2017)

Ambilan 02 Juli 2017, Jeremia 28 : 5 – 9 

KATAKANLAH  YANG  SEJUJURNYA !

1. Nabi dikenal sebagai penyambung lidah Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan kepada umat-Nya. Apa yang disampaikan oleh nabi harus murni berasal dari Tuhan dan tidak boleh ditambah atau dikurangi (bd. Wahyu 22:18-19). Dalam nats ini ada dua orang nabi yakni Yeremia dan Hananya yang berbicara di hadapan imam-imam dan umat Yehuda. Mereka sedang membicarakan tentang peristiwa pembuangan yang baru terjadi. Babel telah menghancurkan Yerusalem dan menjarah harta benda yang ada di Bait Allah bahkan sudah mengangkut sebahagian orang-orang Yehuda menjadi budak di Babel. Sebelumnya Yeremia sudah menubuatkan  bahwa pembuangan itu akan berlangsung lama (27:7). Namun setelah proses pembuangan berlangsung, nabi Hananya justru menyampaikan nubuatan bahwa pembuangan Babel itu hanya berlangsung selama dua tahun sehingga umat Yehuda akan bebas dari Babel dan harta benda yang diambil dari Bait Allah akan dikembalikan ke Yerusalem (ay.3-4). 

2. Pernyataan atau nubuatan kedua nabi itu ternyata berbeda sementara keduanya sama-sama mengaku bersumber dari Allah.  Hananya menyampaikan kabar ‘sukacita’ dengan proses pembuangan yang singkat sementara Yeremia menyampaikan proses pembuangan yang lama. Umat Yehuda tentunya lebih senang mendengarkan perkataan Hananya. Namun Yeremia dengan bijak menanggapi Hananya, jika apa yang disampaikannya itu benar dari Tuhan maka itu pasti terjadi, waktulah yang akan menjawabnya. Yeremia mengatakan ‘Amin’, artinya ia juga sesungguhnya merindukan kebebasan umat Yehuda secepatnya dari Babel. Namun di sisi lain ia sadar benar bahwa firman Tuhan tidak boleh dibelokkan hanya dengan tujuan menyenangkan pendengar atau manusia. Oleh sebab itu Yeremia menanggapi nubuatan Hananya, bahwa sebenarnya nabi-nabi sebelum Yeremia dan Hananya juga sudah sering menubuatkan kehancuran akibat dosa-dosa, namun mengapa Hananya justru menyampaikan kabar sukacita? (ay.8). Ini mengindikasikan ada kebohongan dalam nubuatan Hananya. Beginilah cara Yeremia mengkritisi sikap Hananya, walau pun akibatnya Yeremia menjadi dibenci oleh umat Yehuda karena yang ia sampaikan justru  tidak menyenangkan hati umat Yehuda. Jika kita membaca kisah selanjutnya terbukti bahwa apa yang disampaikan oleh Hananya ternyata bukanlah bersumber dari Tuhan dan akibatnya Tuhan menghukum dia mati pada tahun itu juga karena ia tidak menyampaikan firman Tuhan dengan benar (28:15-17).

 

3. Refleksi

 

a. Antara menyampaikan isi hati Tuhan atau menyenangkan hati manusia sering juga menjadi pilihan yang sulit bagi kita anak-anak Tuhan. Firman ini menegaskan bahwa dalam situasi apa pun kita harus menyampaikan firman atau isi hati Tuhan dengan jujur tanpa mau dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan lain. Jangan mengaburkan kebenaran firman Tuhan karena ambisi dan keinginan manusia. Katakanlah benar jika benar, tidak jika tidak. Di luar itu adalah dosa (Mat 5:37 ; bd. Juga nabi Hananya yang dihukum Tuhan).

b. Banyak pergumulan hidup yang dihadapi umat Tuhan, baik pribadi, keluarga, dll. Pergumulan itu harus dilihat dalam terang firman Tuhan. Cara menyelesaikan masalah harus selalu dalam terang firman Tuhan. Dunia memang menuntut kecepatan dalam segala sesuatu. Tapi dalam tuntutan zamanyang demikian, kita haruslah tetap di dalam tuntunan kebenaran firman Tuhan. Marilah tetap senantiasa melihat kehendak dan rencana Tuhan berlangsung dalam kehidupan ini walau pun rencana Tuhan itu sepertinya sering bertentangan dengan keinginan kita sebagai manusia.

c. Firman Tuhan itu sepertinya sering menyakitkan namun tujuannya pasti kebaikan. Pembuangan Babel yang dialami umat Yehuda sebenarnya bertujuan baik yaitu untuk memurnikan iman mereka dan bermakna didikan agar mereka semakin menyadari bahwa dosa dan kejahatan itu sangat dibenci oleh Tuhan. Benar bahwa Tuhan itu Maha Pengampun, tapi Ia juga selalu ingin mendidik kita agar semakin dewasa di dalam iman melalui situasi yang kita hadapi.

d. Di zaman ini perlu juga kita kritisi bahwa banyak juga pelayan dan umat Tuhan berbicara tentang Allah bahkan mengatas namakan nama Allah tetapi yang mereka sampaikan belum tentu bersumber dari firman Tuhan melainkan hanya isi hati mereka sendiri. Bahkan tidak jarang apa yang mereka sampaikan justru berbeda yang satu dengan yang lain walau pun sama-sama mengaku berdasarkan firman Tuhan. Perlu hati-hati, tidak selamanya orang yang menyebut nama Tuhan sudah berbicara dan menyampaikan firman dan isi hati Tuhan.

e. Haleluya 207 : 1 – 3       

 

pdt.jeddy s

 

Read 883 times

Last modified on Thursday, 13/07/2017

Leave a comment

Make sure you enter all the required information, indicated by an asterisk (*). HTML code is not allowed.

Go to top