2. Oleh sebab itu dalam ay.40 Yesus berkata, ‘Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku’. ‘Kamu’ di sini adalah orang percaya. Dalam diri orang percaya Tuhan Yesus hadir dan karenanya Allah juga hadir karena Yesus satu dengan Bapa. Yang menyambut murid Tuhan Yesus sudah juga menyambut Dia dan Bapa di sorga. Pesan dari ayat ini adalah :

a. Peneguhan bagi orang percaya bahwa mereka sudah satu dengan Allah Bapa melalui pengorbanan Tuhan Yesus. Status ini menjadikan hidup mereka tidak sia-sia. Status inilah yang mendorong umat Tuhan tetap setia kepada Tuhan dalam semua keadaan bahkan siap diterima atau ditolak oleh dunia ini. Kesetiaan itu didasari oleh iman percaya bahwa Tuhan senantiasa hadir dalam hidup umat-Nya. Dia ikut menanggung penderitaan umat-Nya. Masalah kita juga adalah masalah Tuhan (bnd. Kis. 22:7, perkataan Tuhan Yesus kepada Saulus sebelum bertobat ‘mengapa engkau menganiaya aku?’). Apa yang dilakukan Saulus kepada orang percaya dilakukannya juga kepada Tuhan Yesus.

b. Keselamatan yang sudah Tuhan anugerahkan kepada umat-Nya menyatu dengan tugas dan tanggungjawab mengabarkan Injil bagi dunia ini. Tugas ini sangat penting disadari karena sangat erat kaitannya dengan keselamatan orang lain. Mengapa? Jika orang lain menolak Tuhan karena perbuatan tidak baik kita, kita sudah menutup jalan keselamatan kepada dunia ini ; Sebaliknya jika kita hadir sebagai murid Tuhan Yesus melalui kata dan sikap hidup, itu sudah menjadi kesaksian bagi dunia dan jika dunia ini menerimanya maka bagi mereka sudah kita bukakan jalan keselamatan yang dari Tuhan.

3. Selanjutnya di ay.41 dikatakan ‘Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar’. Menyambut seorang nabi, artinya ikut ambil bagian menopang pekerjaan nabi. Mereka yang ikut menopang pekerjaan hamba Tuhan melalui apa yang mereka miliki, mereka juga sudah diikutkan menerima upah keselamatan seperti yang diterima oleh hamba Tuhan. Dpl.: walau pun seseorang tidak berprofesi sebagai nabi karena tidak memiliki karunia bernubuat dan mengajar tetapi ia ia sudah ikut dalam pekerjaan Tuhan dengan cara memberi topangan dalam pelayanan. Menopang pekerjaan Tuhan bukanlah pekerjaan sia-sia karena bagi mereka juga sudah disediakan upah keselamatan sebagai seorang nabi. Menyambut orang benar artinya bersedia ikut dalam menegakkan kebenaran. Upah mereka tidak sia-sia tapi juga menerima upah keselamatan yang dari Tuhan.

4. Dalam ay.42 dikatakan ‘Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya’. Anak kecil di sini tidak berhubungan dengan usia melainkan mengacu kepada orang yang setia kepada Tuhan, dan ketika kita menopang mereka maka mereka sangat dimungkinkan tidak dapat membalas kebaikan kita. Namun Tuhan menandaskan bahwa pekerjaan itu bukanlah sia-sia karena Ia sudah mempersiapkan upah bagi mereka. Upah di sini adalah Allah sendiri, pengorbanan Kristus yang menyediakan hidup kekal.

5. Refleksi

a. Allah tidak pernah berhutang kepada siapa pun. Kita tidak mungkin bisa mengalahkan Allah dalam hal memberi dan Allah tidak pernah merugikan setiap orang yang mau memberi dan mengasihi. Ketika kita diberi kesempatan memberi secangkir air sejuk kepada sesama, kita juga sudah melakukannya kepada Allah, itu sangat luar biasa. Ketika kita mengasihi sesama, kita sudah mengasihi Tuhan. Ketika kita menyenangkan hati sesama, kita sudah menyenangkan hati Tuhan. Semakin kita menahan sesuatu, maka di situ juga kita akan semakin kehilangan sesuatu (bd. Anak yang memasukkan tangannya ke sebuah guci mengampil mainan yang jatuh. Ketika tangannya di tarik, kepalan tangannya lebih besar dari mulut guci. Hanya ketika ia melepaskan mainannya itu maka tangannya boleh ditarik ke luar. Dengan melepaskan sesuatu yang kita miliki maka kita akan selamat.

b. Hidup rohani bukanlah hidup seperti bermimpi melainkan harus nyata dalam hidup sehari-hari. Sikap hidup kita sebagai orang percaya harus nyata yang berdampak kebaikan terhadap sesama, hidup yang bersaksi. Biarlah perkataan dan perbuatan kita menjadi kesaksian bagi dunia ini. Orang lain tidak hanya mendengar kata-kata kita tapi juga melihat perbuatan kita. 

c. Apa pun potensi dan berkat yang dianugerahkan Tuhan kepada kita biarlah kita gunakan juga untuk menopang pekerjaan Tuhan di dunia ini.

d. Haleluya No. 144 : 1, 3, 4.  

pdt.jeddy s